Nadya & Ghulam: Siswa SD Pembuat Gelas Braille Untuk Tunanetra


“Ayo, tuangkan airnya ke dalam gelas. Tuangkan saja, sambil menutup mata,” kata Nadya penuh keyakinan. Temannya, Ghulam pun ikut meyakinkan.
Perlahan air dituang ke gelas. Tak lama setelah gelas penuh, bunyi alarm keluar dari gelas itu. Itu tandanya air sudah penuh. Walaupun mata kita tertutup, tapi dengan gelas itu kita bisa tahu air yang dituangkan sudah cukup di dalam gelas.
Gelas canggih tersebut adalah hasil kreasi Muhammad Ghulam Farras dan Nadya Almaas Lutfiahardha Arief, siswa SD Muhammadiyah Manyar, Gresik yang menjadi finalis National Young Inovator Award (NYIA) ke-4 yang diadakan LIPI pada 3-4 Oktober tahun ini dengan karyanya berjudul “Gelas Braille: Sebuah solusi untuk tunanetra sekaligus sebagai penerapan perpindahan energi listrik menjadi energi bunyi.”
“Dengan gelas ini, orang buta bisa menuang air ke dalam gelas dengan lebih mudah. Tidak perlu takut gelasnya terlalu penuh. Kalau air sudah hampi penuh, maka gelas akan berbunyi. Orang buta pun bisa tahu kalau gelas sudah hampir penuh,” kata Nadya di Gedung LIPI, Jakarta (3/10).
Gelas Braille dibuat dengan komponen sederhana sehingga Nadya dan Ghulam pun bisa melakukannya. Komponen yang membuat gelas berbunyi diambil dari speaker boneka. Bagian ini dibuka, kemudian kutub positif dan negatifnya diidentifikasi, lalu disambungkan ke kawat besi menggunakan kabel.
Kawat besi punya lengkungan sehingga bisa disematkan di bibir gelas. Bagian bawah gelas lalu disambungkan dengan bahan karton ataupun plastik. Bagian speaker boneka ditempatkan di bawah bagian sambungan itu.
Dalam inovasi lebih lanjut, Nadya dan Ghulam mendesain agar speaker dan kawat bisa dilepas sehingga penderita tunanetra tak perlu membawa gelas ke mana-mana, cukup komponen speakerdan kawat pengaitnya saja.
Ide Awal
Gelas Braille ini sudah dibuat sejak 2 tahun yang lalu. Saat Nadya membaca buku Louis Braille, ide cemerlang itu muncul. Ia ingin membuatkan gelas khusus bagi tuna netra.
“Orang buta bisa membaca lewat huruf braille lalu aku kepikiran , bagaimana kalau dia mau minum, mereka tidak tahu gelasnya sudah terisi penuh atau belum,” ujar Nadya
Nadya mengungkapkan, “Saya waktu itu baca buku tentang Louis Braile. Lalu, saya baca, orang buta sulit sekali untuk menuang air ke dalam gelas. Bayangkan kalau misalnya airnya terlalu penuh, lalu tumpah, orang butanya terpeleset dan gagar otak bagaimana? Lalu, saya buat gelas ini.”
Nadya ingin membantu tuna netra lewat gelas khusus buatannya. Ia butuh sensor bunyi di gelasnya. Itu berarti Nadya butuh alat yang terhubung dengan listrik.  Ia meminta bantuan temannya yang mahir elektronika, yaitu Ghulam Farras. Mereka bekerja sama mewujudkan penelitian.
Ghulam mengusulkan agar mengambil alat penghasil bunyi yang ada di dalam boneka. Lalu, ia menempelkan alat itu di gelas Braille. Ghulam merangkai alat itu sedemikian rupa sehingga bisa bekerja dengan maksimal. Maka jadilah gelas Braille.
Ghulam mengatakan, butuh waktu hanya satu minggu untuk membuat gelas unik ini. Ia mengaku bahwa inovasi ini sudah memenangkan penghargaan lomba di tingkat Gresik sebelum diikutkan di kompetisi NYIA LIPI. Ghulam tidak menyangka inovasinya masuk babak final. Ia berharap, gelas ciptaannya benar-benar bisa membantu banyak penderita tunanetra.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar